Pengarang : YB. Mangunwijaya
Penerbit & tahun : Djambatan, 2007
Cetakan ke : 15
Tebal :319 halaman
Ketenangan, kedamaian, kesedihan, kekecewaan, mengkhianati dan dikhianati, penderitaan, kebahagiaan, kepahitan, kenangan indah, kelembutan dan kemesraan. Semua itu terdapat dalam novel ini, begitu juga dengan kegagalan dan kesuksesan yang menjadi permasalahan penting bagi si tokoh utama.
Teto, seorang anak dengan ayah letnan KNIL dan ibu yang keturunan Belanda, hidup di zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Meskipun tidak disenangi oleh rakyat Indonesia, Indonesia menjadi lebih maju dan lebih makmur pada saat kekuasaan Belanda. Tetapi pada saat Belanda kalah perang dan wilayah kekuasaan Belanda, termasuk Indonesia diambil alih oleh Jepang yang kasar dan sadis, apalagi saat ayah Teto ditangkap Jepang dengan ancaman akan dibunuh jika ibu Teto tidak mau menjadi gundik Jepang, Teto menjadi kasar dan memihak pada Belanda. Dia menjadi seorang anti-Republik dan pro-Belanda. Dia masuk NICA tetapi pikirannya selalu terganggu oleh Atik, gadis pujaannya yang memihak pada republik. Itu yang membuatnya dia semakin benci pada Republik.
Saat Indonesia merdeka, pihak Teto sudah diambang kekalahan dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika mendengar ayahnya dibunuh Jepang dan ibunya masuk rumah sakit jiwa lalu meninggal. Dia menjadi sadar bahwa dia masuk NICA dan meninggalkan Atik dulu itu memang kesalahan besar. Saat usia mereka sekitar 40 tahunan, mereka bertemu kembali dan Atik sudah bersuami dan dikaruniai oleh 3 anak. Teto merasa menyesal, dia menikah dengan orang lain hanya demi karir, tidak dengan pujaan hatinya. Sampai sekarang, Teto dan Atik masih mempunyai perasaan satu sama lain.Teto selalu merasa gagal jika melihat Atik yang selalu sukses sampai akhit hayatnya. Atik dan suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat. Ketiga anak Atik akhirnya diangkat menjadi anak dia yang baginya adalah hadiah terindah dari Atik dan suaminya,