PENDAHULUAN
Pantekosta, sebuah gerakan Protestan dunia yang dimulai pada abad ke 19 di Amerika serikat, yang namanya diambil dari Perayaan Hari Pantekosta, dimana orang-orang Kristen merayakan Pencurahan Roh Kudus kepada murid-murid Yesus.
Gerakan Pantekosta menekankan pengalaman pembaharuan rohani dan mengalami kuasa Roh Kudus setelah pertobatan untuk menjadi menjadi Saksi Kristus, dan sebagai tandanya adalah dapat berbicara dalam bahasa roh atau bahasa lidah (Glossolalia).
Pantekosta berkembang dimulai dari kemunculan sekumpulan orang yang berbahasa roh di kota Appalachians (1896), Topeka (1901) dan Los Angeles (1906). Beberapa pengkotbah awal yang memulai gerakan ini adalah WR Spurling, AJ Tomlison, Charles Parham dan William Seymor.
Dan sejak 1906, gerakan ini menyebar ke seluruh dunia, bahkan menurut World Christian Encyclopedia pada tahun 1980, Aliran Pantekosta menjadi kelompok terbesar di aliran Protestan hanya dalam 75 tahun sejak dimulainya gerakan ini, jumlahnya sekitar 523 juta pengikut di seluruh dunia.
Pantekosta sebagai sebuah aliran juga mengalami proses pendewasaan seperti semua aliran dan gerakan pembaharuan, pada Bab berikut kita akan melihat kekuatan dan kelemahan aliran ini.
BAB II
KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEOLOGI ROH KUDUS
DALAM GEREJA ALIRAN PANTEKOSTA
Teologi Secara Umum
Kekuatan
Para Pendeta Aliaran Pantekosta menyampaikan kotbah dengan Teologi yang sederhana : menekankan kepercayaan akan Alkitab sebagai Dasar yang mutlak, pertobatan, doa, kedekatan dengan Roh Kudus, kekudusan hidup dan kedatangan Yesus yang kedua kali. Henry Van Dusen, Presiden Union Theological Seminary New York mengatakan bahwa gerakan Pantekosta sebagai “ sebuah hidup yang dipimpin, hidup yang diubahkan, penyembahan setiap hari, meski terbatas dalam penampilan, tetapi hidup bersekutu dengan Allah setiap waktu.”
Dengan menekankan bahwa Roh Kudus mengasihi dan mau membantu kita dalam setiap kelemahan kita baik secara jasmani maupun rohani, termasuk mengangkat