Menguak Sisi Gelap Si Jenius Yang Kesepian
*Intan Fitranisa* Nobody’s perfect. Ungkapan itu kiranya sesuai menggambarkan sosok Will Hunting (Matt Damon), laki-laki jenius dengan masa lalu yang kelam. Hampir 20 tahun hidupnya dihabiskan dalam kesendirian dan kesepian. Meski, Ben (Ben Affleck) dan dua orang sahabatnya senantiasa menemani, Will yang yatim piatu masih menyimpan ketakutan masa lalu. Hari-hari Will yang berprofesi sebagai cleaning service di MIT berubah sejak dia kepergok Prof. Gerald Lambeau menjawab soal matematika yang rumit. Melihat kegeniusan Will, Prof.Gerald berniat merekrut Will sebagai anak didiknya. Sayang, niat baik Gerald terhalang sikap Will yang mudah terpancing emosi. Karena sifatnya itu, Will hampir saja mendekam di balik jeruji besi akibat memukuli sekelompok preman. Namun, Gerald tidak patah arang. Dia berhasil membebaskan Will dengan syarat Will harus mengikuti konseling rutin kepada psikiater tiap seminggu sekali. Satu per satu psikiater datang untuk “menyembuhkan” Will. Tapi, hingga psikiater kelima, tidak ada seorang pun dari mereka yang tahan dengan sikap Will. Di tengah keputusasaannya, Prof.Gerald teringat Sean Maguire (Robin Williams), psikiater yang juga kawan lamanya saat di bangku kuliah. Sean pun akhirnya bersedia membantu Gerald untuk bertemu dengan Will. Kesabaran Sean mulai diuji. Di awal pertemuan, Will kurang menunjukkan respon positif atas kehadiran Sean. Hampir semua pertanyaan Sean dianggap angin lalu oleh Will. Bukannya menyerah, Sean malah semakin tertarik mengenal sosok Will. Di pertemuan berikutnya, Sean lantas mencoba lebih dulu terbuka pada Will. Bahkan, Sean menceritakan masa-masa terberat dalam hidupnya ketika harus kehilangan istri yang dia cintai. Langkah yang diambil Sean merupakan bentuk dari Self Disclosure. Bentuk komunikasi yang digunakan agar seseorang yang awalnya berada pada level “stranger” dapat meningkat pada level “close friend” (Guerrero: 91).