LANDASAN TEORI
2.1Sejarah Knowledge Management Istilah Manajemen Pengetahuan baru marak digunakan sekitar tahun 1990. Walaupun pemikiran mengenai manajemen pengetahuan telah berkembang pada tahun-tahun sebelumnya. Para pionir yang mengkajinya secara akademis diantaranya Peter Ducker di tahun 70-an, kemudian Karl-Erik Sveiby di akhir 80-an, serta Nonaka dan Takeuchi pada 1990. Perkembangan manajemen pengetahuan banyak dipengaruhi oleh perubahan waktu, ekonomi, sosial, dan teknologi. Globalisasi membawa kesempatan baru dan peningkatan kompetisi yang merupakan tantangan bagi organisasi-organisasi. Awalnya organisasi-organisasi terutama organisasi bisnis, mencoba mendongkrak produktifitas dan keuntungan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan teknologi jaringan. Manajemen pengetahuan pun sempat diidentikan dengan teknologi informasi. Gupta dan Govidrajat (2000) menyangkal pernyataan itu dalam penelitiannya. Menurut mereka hal yang paling menentukan dalam keefektifan manajemen pengetahuan yaitu kondisi ekologi sosial organisasi yang meliputi budaya, struktur, sistem informasi, sistem penghargaan, proses, manusia, dan kepemimpinan. Saat ini manajemen pengetahuan sangat diminati oleh organisasi bisnis. Menurut sebuah studi di tahun 1997, walaupun baru 28 % perusahaan terbesar di Amerika Serikat dan Eropa mengaku sudah menerapkan manajemen pengetahuan, 50% lainnya sedang bersiap-siap melaksanakannya, dan 93 % mengatakan sudah membuat rencana. Tiga tahun setelah itu sebuah studi lain menunjukkan bahwa 50 % dari perusahaan-perusahaan besar di dunia telah menerapkan manajemen pengetahuan. (Smith dan Farquar dalam Putu Pendit, 2000). Perkembangan manajemen pengetahuan sendiri tidak lepas dari perkembangan pengetahuan. Donald Clark (dalam www.newlink.com) membagi sejarah pengetahuan ke dalam empat kategori, yaitu: (1) Teknologi; (2) Era; (3) Paradigma; (4) Struktur pengetahuan. Masing-masing kategori di atas membentuk pemahaman pengetahuan